Sedikit Cerita Dari Nha Trang, Vietnam

Ini adalah hari terakhir saya berada di kota Nha Trang, Vietnam setelah seminggu menghadiri roundtable meeting di kota ini. Kantor yang mengirimkan saya kemari, menggantikan Supervisor saya yang sedang mengambil cuti panjang pulang kampungnya. Dengan berbekal beberapa dokumen presentasi, merchandise-merchandise kantor untuk dibagikan, maka berangkatlah saya menuju ke kota Nha Trang, Vietnam untuk ikut serta dalam NGO Forum and 4th Mayor Roundtable Disucussion on South China Sea Project yang diselenggarakan oleh GEF/UNEP.

Wow! Vietnam! Belum pernah dalam bayangan saya bahwa tahun ini saya akan menginjakkan kaki di negara ini, sekalipun sempat terbersit “kapan ya, saya bisa datang ke kotanya Ho Chin Minh ini ?”. Hanya untuk berkeliling-keliling mungkin, atau untuk urusan kerjaan. Selama ini,saya hanya mendengar cerita-ceritanya dari TV atau buku, bahkan dari kelas mata kuliah Politik Indocina, ketika saya masih kuliah di Universitas Indonesia. Tampaknya menarik. Karena dari segi ekonomi, politik, sosial, dan budaya, Vietnam lebih memiliki dinamika,dibandingkan dua negara tetangganya, Laos dan Kamboja sebagai satu bagian dari Indocina.

Perjalanan saya ke negara ini bukan hal yang mudah. Bersama dengan salah satu board program GEF SGP Indonesia, dalam satu hari saya harus beberapa kali berganti pesawat. Jakarta-Singapura-Ho Chin Minh City-Nha Trang. Yah, karena lokasi pertemuan ini bukan di Ho Chin Minh City,maka setelah mendarat disana (yang mana sudah habis energi terguncang di pesawat karena cuaca yang kurang baik), kami harus terbang selama 50 menit ke kota Nha Trang.

Dalam pengetahuan saya, saya hanya familiar dengan Hanoi dan Saigon alias Ho Chin Minh City. Baru kali ini saya mendengar keberadaan Nha Trang,sebuah kota yang terletak di pesisir selatan Vietnam. Dan pada awalnya pula,saya sempat sedikit skeptis mengenai negara berkembang ini. Selama 1,5 tahun bergabung dalam program GEF SGP Indonesia, saya akhirnya menjadi orang yang sangat bergantung dengan internet. Maka, ukuran keberhasilan suatu negara dalam bayangan saya, juga dapat menyediakan fasilitas internet, yah minimal mudah kalau tidak gratis.  Bukannya apa-apa, tapi internet bisa memudahkan komunikasi dengan dunia luar, tanpa harus bayar mahal. Dalam situs hotel, saya lihat tersedia koneksi wireless, bahkan di setiap kamar. Tapi saya meragukannya!

Tiba di airport Cam Ranh, waktu sudah menunjukkan pukul 5 sore. Badan rasanya sudah letih sekali dan ingin segera sampai di hotel, karena malamnya ada acara welcoming dinner untuk keluarga SGP yang hadir yaitu Indonesia, Filipina, Kamboja, Thailand, Cina, Vietnam. Agak sedikit heran juga ketika keluar dari pesawat, angin dingin menyambut saya. Seharusnya kota pantai panas dan lembab. Ini tidak. Ternyata di Nha Trang sedang sering angin kencang. Beberapa penerbangan juga sempat ter-cancel karena badai. Tapi tidak berapa lama, sunset sudah membayangi perjalanan kami ke pusat kota.

Nha Trang sebetulnya adalah kota pariwisata yang bagus di Vietnam. Ditempat ini pula lah kegiatan Miss Universe 2008 di selenggarakan. Selama perjalanan dari airport ke kota, saya sempat melihat gedung acara Miss Universe 2008 yang masih lengkap dengan banner-banner besar. Bahkan di sepanjang jalan, ada beberapa billboard besar berwarna ungu dengan tulisan Miss Universe 2008 .  Dan yang paling penting, kota ini bersih. Wow! Menarik! Sepertinya saya harus mulai menghapus praduga-praduga saya sebelumnya.

Nha Trang merupakan ibu kota dari Propinsi Khan Hoa, Vietnam bagian selatan. Sebagai kota pesisir, Nha Trang sangat maju dalam hal riset oseanografinya. Ia dikenal dengan pantai yang bersih dan indah, serta tempat untuk para scube diver menyelam.  Teluk Nha Trang (Nha Trang Bay) adalah salah satu yang terindah di dunia. Selain itu, kota ini juga memiliki area konservasi kelautan Hon Mun, yang menjadi salah satu wilayah konservasi dunia diakui oleh IUCN.Berkembang sebagai kota pariwisata, yang menurut Khang, local organizer kami, Nha Trang tercatat sebagai salah satu tempat pariwisata terbaik di ASEAN.

Saya sendiri mengakuinya. paling tidak setelah enam hari menghabiskan waktu di kota ini. Pemerintah Vietnam tampaknya memang serius menggarap potensi pariwisata di kota ini, sehingga tidak sulit menemukan hotel serta tempat berbelanja dan nongkrong bagi para turis. Polisi-polisi pariwisata pun disiagakan di kota ini untuk membantu para turis serta menjaga keamanannya. Teman saya beberapa kali keliling kota pada waktu tengah malam, hanya untuk merasakan suasana malam kota yang sedang lengang. Ia perempuan, dan sama sekali tidak ada gangguan dari pada preman ataupun pencopet.

Saya menginap di sebuah hotel yang tepat berada di jalan besar, dan menghadap ke arah pantai. The Light Hotel namanya, atau yang disebut dalam bahasa Vietnam, Duyun Hai Hotel. Hotel ini terletak di Jln. Tran Phu dan bukan merupakan jaringan hotel internasional. Namun, bersih dan memiliki fasilitas yang lengkap. Disinilah saya baru merasakan nikmatnya ber-wireless ria di segala penjuru hotel, 24 jam non-stop! Suatu “kemewahan” yang tidak saya temukan, bahkan di jaringan hotel internasional bintang tiga keatas manapun sebelumnya!

Mereka memiliki fasilitas yang ditata seperti hotel lokal kebanyakan. Tidak terlalu berdisain modern, tapi nyaman. Kamar saya sendiri besar sekali. Terdapat dua buah tempat tidur Queen Size, yang membuat saya agak ragu untuk tidur sendirian di kamar ini pada malam pertama karena takut. Namun, yah, yang kemudian menyita perhatian saya adalah koneksi wirelessnya yang cepat dan tidak pernah diputus oleh hotelnya! Ha! Ini sudah sangat membuat saya senang, karena akhirnya setelah serentetan acara yang menyita waktu dan energi berbicara tentang project konservasi, saya bisa berkomunikasi dengan orang-orang yang saya rindukan di Indonesia.

Seusai konferensi, malam hari selama beberapa malam saya habiskan berjalan kaki menyelusuri kota dan melihat toko-toko disekitarnya. Untuk ini saya sudah punya grup “tukang shopping” tak terbantahkan dari keluarga SGP. Saya (Program Asisten SGP Indonesia), Joy (National Coordinator SGP Filipina), dan Sovanna (Program Asisten SGP Kamboja). Biasanya malam hari waktu bebas. Kita boleh memilih ikut makan malam yang sudah diatur, atau berjalan-jalan. Tentunya, kami bertiga lebih memilih melihat-lihat kota.

Disekitar hotel banyak sekali toko-toko suvenir yang menjual barang kerajinan dari mulai kaos bertuliskan Vietnam, anyaman, scraft, sampai kerajinan kerang-kerangan. Tidak sulit juga mencari money changer sekitar situ serta toko serba ada. Jangan harap ada Circle K atau AMPM. Tapi setidaknya toko serba ada itu, cukup bisa memenuhi kebutuhan kita, seperti snack,minuman ringan (sampai keras juga ada!), body lotion, shampoo, dll. Bahkan kalau butuh kartu pra-bayar lokal juga tersedia disitu. Saya beli nomor lokal mengingat akan ada waktu 1 minggu disini, dan akan sangat membantu kalau saya punya nomor seluler lokal. Harganya 115.000 Vietnam Dong, dengan nilai pulsa 150.000. Kartu ini cukup hemat, karena beberapa kali saya menelepon ke Indonesia, pulsa tidak tersedot banyak. Hanya saja, trafik komunikasi memang agak padat pada jam-jam tertentu. Kita harus berkali-kali mencoba.

Bagi yang ingin membeli oleh-oleh, boleh pilih dari toko-toko sekitar situ. Karena saya hanya membawa koper kecil, saya hanya membeli oleh-oleh untuk beberapa orang saja. Orang tua saya, kekasih saya, dan teman-teman terdekat saya. Saya tidak mau membebani diri saya dengan banyak barang bawaan. Di toko bernama Nam Khang, saya menemukan tas paspor warna-warni dengan sulaman bergambar gadis Vietnam. Unik. Harganya sekitar VND 20.000. Saya ingat kata Kim Anh (Koordinator Nasional SGP Vietnam),kalau mau beli apa-apa,ditawar saja, kecuali memang sudah fixed price. Maka saya dan Joy menggunakan siasat itu. Lumayan juga, kami dapat VND 15.000 per tas. Nilai tukar USD 1 setara dengan VND 16.500. Jadi satu tas itu harganya kurang dari 1 dollar US.

Di toko lain, saya menemukan kaus-kaus bertuliskan Vietnam. Harganya US$ 3,per kaus. Cukup mahal menurut saya mengingat bahannya yang tipis. Di toko itu juga banyak pilihan seperti dompet sulaman yang dihargai US$ 2,5.Lalu ada cermin kecil dengan hiasan pecahan kulit kerang dengan harga US$ 2. Atau tatakan piring makan US$ 6 (6 buah). Di toko-toko suvenir ini sebetulnya juga menjual syal beraneka macam.Tapi sayang harganya menurut saya sangat mahal. Saya menggunakan syal yang ternyata dijual di hampir semua toko suvenir disekitar situ. Syal ini saya beli di Kamboja dengan harga hanya US$ 1. Tapi begitu masuk toko suvenir itu, harganya melambung jadi US$ 7 !! Gila! Mahal sekali! Bahkan pelayan tokonya saja tidak percaya saya membeli syal tersebut dengan harga US$ 1. Yah, intinya sih, kita harus pintar memilih barang dan menawar.

Sebetulnya ada juga tempat belanja yang bisa lebih murah dan masih bisa tawar menawar,seperti saat saya pergi membeli syal tersebut di Central Market,Pnom Penh. Disini juga mereka punya Central Market sejenis itu. Namanya Dam Market.  Jaraknya sekitar 2 km dari hotel tempat kami tinggal. Jika punya waktu luang dan senang melihat-lihat kota sembari santai, pasar ini bisa juga ditempuh dengan berjalan kaki. Tetapi agak susah mencari belokannya. Jadi, saran yang paling mungkin adalah menggunakan bis atau taksi. Untuk taksi, ongkosnya sekitar VNG 20.000 – 35.0000. Jangan takut dikibulin, karena taksi disini menggunakan argo.

Saya pergi ke Dam Market suatu malam bersama Joy, tanpa Sovanna. Karena kami hanya punya waktu malam hari, maka saat tiba disitu sebagian besar toko sudah tutup. Padahal Joy ingin sekali membeli buah-buahan segar untuk dibawa pulang ke Filipina. Jadi,kami hanya berputar disekitar Dam Market, melihat kehidupan sebenar-benarnya dari masyarakat Vietnam. Oh,disini banyak sekali toko yang menjual bahan-bahan makanan laut yang dikeringkan. Dari mulai ikan asin sampai cumi-cumi. Dan mereka juga punya toko-toko makanan ringan khas Vietnam. Saya mampir di salah satu toko. Karena tidak mungkin membeli hadiah barang untuk kolega kantor yang banyak, saya putuskan untuk membali satu-dua pak camilan khas Vietnam. Saya menemukan satu camilan unik. Bentuknya seperti martabak tipker, yang dipotong  jadi empat bagian. Satu bungkus terdiri dari 12 potongan besar, dan tersedia berbagai rasa,seperti kelapa, durian, kacang, dan susu. Harganya VND 10.000 per pak.

Untuk makanan, disini banyak sekali pilihan. Dari mulai restoran sampai jajanan pinggir jalan yang bervariasi. Dua kali kami mencoba makan di restoran yang menyajikan makanan khas Vietnam. Joy senang sekali makan sayur dan seafood. Karena harganya relatif mahal (per porsi hidangan utama sekitar VND 45.oooo – 135.000), kami memesan dua jenis makanan yang lengkap, seperti hot pot seafood dan lumpia vietnam, yang bisa kami bagi bertiga bayarnya. Ini jauh menghemat tapi tetap bisa merasakan makanan asli di negaranya. Porsi makanan disini banyak dan besar. Jadi sebetulnya, satu porsi pun bisa untuk dua orang.

Bagi yang senang jalan-jalan ala backpacker, makanan pinggir jalan bisa jadi pilihan karena variatif dan porsinya juga banyak. Saya hanya mencoba membeli nasi campur yang harganya VND 15.000 dan sudah bisa membuat saya hampir mati kekenyangan. Nasi campur ini unik sekali. Nasi ketan aneka warna (kuning, hijau,ungu, oranye, dan hitam) yang dicampur dengan kacang merah rebus, jagung rebus, potongan daging panggang, sayuran, dan disiram sedikit kuah kaldu untuk menambah rasa. Rasanya gurih. Nasi seperti ini tidak akan saya dapat di Indonesia! Hahahaha.. Selain itu,masih ada jajanan lain. Salah satu yang unik lagi adalah “warung” seafood. Sebetulnya bukan warung sih,karena mereka hanya menaruh ember-ember berisi makanan laut segar seperti  aneka kerang, cumi, kepiting, keong laut serta panggangan. Para pembeli bisa langsung memanggang ditempat dan makan sambil berdiri, atau duduk dilantai, atau jongkok! Menarik sekali! Saya tidak sempat mencoba model makanan ini.Lalu, ada sandwich Vietnam yang dibuat dari roti baguette perancis diisi daging panggang, jagung bakar, sosis panggang, dll! Hmmm ! Yummy !!

Hmm..saya sepertinya sudah cukup merasakan tinggal di Nha Trang dan “menjadi” orang Vietnam. Pengalaman yang menyenangkan bisa mendapatkan pelajaran baru manajemen dan pengembangan project, berkenalan dengan orang-orang baru (delegasi dari negara-negara tetangga), serta jalan-jalan menyelusuri kota Nha Trang. Pada akhirnya sebelum saya meninggalkan kota ini, saya sudah memiliki kesan yang sangat baik untuk Nha Trang. Besok saya sudah akan kembali ke Indonesia, tapi menginap dulu satu malam di Ho Chin Minh City. Pasti pengalamannya lebih menarik lagi, dan ada hal-hal baru yang tidak saya temukan sebelumnya. Haaa..! Saigon, here I commeeee.. !!!

Leave a comment