Testing WordPress From iPhone 4s

Iya! Akhirnya gw harus narik kata-kata gw dulu, bahwa gw nggak akan beli iPhone. Setelah melewati beberapa generasi iPhone, baru sekaranglah gw beli si putih yang konon mulai menggeser kedudukan BlackBerry di Amerika sana.

Belum sebulan juga gw pegang gadget ini. Dan ternyata memang terasa lebih mudah dari segi unduhan aplikasi dan penggunaannya. Belum lagi variasi aplikasi yang juga banyak di iTunes Store. Okelah buat bunuh waktu kalau kebetulan lagi nongkrong sendiri.

Tulisan ini diketik dari aplikasi WordPress for iPhone. Percobaan pertama buat lihat enak apa nggak nulis blog dari smartphone.

So, yes. This white gadget will be my next bestfriend!

Abraham Benedict Aviandra Hasian Hutapea

HAPPY NEW YEAR, ALL !

Wow! Nggak kerasa hari ini kita sudah melangkah lagi ke tahun 2012 yang baru, meninggalkan 2011 yang penuh dengan kenangan. Bagi saya, 2011 memang adalah tahunnya saya. Tahun saya menjadi istri, dan di penghujung tahun kemarin, saya masih diberi kesempatan mendapatkan hadiah luar biasa, seorang putra tampan bernama Abraham Benedict Aviandra Hasian Hutapea.

Yes ! Dia sudah datang ke dunia pada tanggal 28 Desember 2011, 3 hari setelah Natal dan 3 hari sebelum Tahun Baru melalui operasi sesar. Kalau di postingan sebelumnya saya sempat menulis menunggu si kecil yang diperkirakan lahir di bulan Januari 2012, ternyata Tuhan punya kehendak lain. Dan Puji Tuhan si dedek kecil nan lucu lahir sehat dengan berat 3,915 kg dan panjang 51,5 cm.

Hari ini sudah hari ke empat Abraham ada ditengah keluarga kami. Ia benar-benar memberikan kebahagiaan buat semuanya, terutama kakek-neneknya dan tentunya juga kami, orang tuanya. Well, saya sendiri benar-benar menikmati peran sebagai ibu dari si bulet yang menggemaskan itu. Mengalahkan semua rasa sakit pasca operasi sesar, saya betul-betul berusaha menjadi ibu yang baik bagi si kecil Abraham.

Semoga nanti, putra kecil kami akan tumbuh menjadi pria yang kuat dan bijaksana serta jadi kebanggaan buat keluarganya.

So, our little love Abraham, welcome to the world, and enjoy your new life in a very new year! We love you so much! 🙂

Menunggu Januari

Oh, Dear ! Nggak kerasa ya, sudah 7 bulan saja usia kandungan saya. Perut sudah sekarang sudah semakin besar, tanda-tanda stretch mark sudah keluar di beberapa tempat, sakit pinggang, nyeri pangkal paha, suilt tidur, dan segudang pengalaman baru lainnya. Hehehehe… Jadi Ibu itu memang tidak mudah ya. Perjuangannya luar biasa! Tapi istilah itu juga yang bisa saya bilang selama masa kehamilan ini. LUAR BIASA ! 🙂

Rasanya kok seperti baru kemarin saja saya pertama kali terkejut melihat hasil dua test-pack yang saya beli. Rasanya kok seperti kemarin saja saya masuk ke gejala trimester pertama yang sangat menantang (sampai masuk rumah sakit dua kali!). Rasanya kok seperti kemarin saja saya muntah hampir sepanjang waktu. Rasanya kok seperti kemarin saja saya mengadakan acara syukuran 4 bulanan. Rasanya kok seperti kemarin saja, saya mulai rakus makan dan mulai sibuk kuliah. Yah, semua itu rasanya kok seperti kemarin saja! Dan saat ini, tahu-tahu saya sudah masuk usia kandungan 7 bulan, habis belanja perlengkapan bayi bersama Mama (dengan kalap tentunya!), dan siapin mental menjelang lahiran.

Yes, jadi perempuan dan Ibu itu tidak mudah. Walaupun saya sangat senang dan menanti kelahiran si buah hati, tapi betul-betul jadi pengalaman baru yang sangat berharga dan ya itu, MENANTANG. Banyak yang menasehati saya bahwa hamil itu harus disikapi dengan rasa syukur dan sabar. Ahahaha.. Well, they spoke to the wrong person, i guess. Karena buat saya, bukan karena kita hamil lantas kita harus berubah 180 derajat jadi sok kalem. Produksi hormon yang bermacam-macam di badan kita ternyata bisa memicu berbagai macam emosi, dari mulai sedih yang keterlaluan, marah yang keterlaluan, sampai senang yang keterlaluan. Hwehehehehe.. But then again, it doesn’t mean that i dont feel grateful. Tentu saja saya bersyukur dengan berusaha sebaik mungkin menjaga dedek bayi. Just like something i wrote couple months ago, untuk sesuatu yang sangat berharga, saya rela melakukan apa saja. 🙂

Dokter kemarin bilang, due datenya 15 Januari. Dan teman saya bilang, ada baiknya menunggu seminggu sampai selesai Imlek di tanggal 23 Januari. Alasannya ? Karena setelah Imlek dia lahir, berarati si jagoan kecil akan ber-shio Naga. Hahahaha.. Well, tempting! Pengen juga punya anak bershio Naga. 😀
Tapi itu urusan belakangan lah.. Apakah dia akan lebih cepat atau lebih lama dari perkiraan, sepanjang bayinya sehat dan baik-baik saja, it would be fine for me. Malah harusnya saya yang lebih fokus untuk mempersiapkan diri untuk lahiran normal atau caesar. Huhuhuhu..

Yah, sisa 2 bulan lagi. Kata orang, nikmatin saja masa-masa menuju persalinan. Karena nanti setelah melahirkan, pastinya akan kangen masa-masa hamil… (ummmm… i… dont think so.. kalau buat sekarang.. :p). Sembari menunggu Januari datang, saya harus banyak berdoa semoga semua lancar dan selamat.

Wish me luck! 🙂

Nyanyian Sang Penjaga

Dear Little Precious,

Jika engkau telah bisa mendengar dan mengingat, maka dengar dan ingatlah ini :

“Aku melayangkan mataku ke gunung-gunung; dari manakah akan datang pertolonganku?
Pertolonganku ialah dari TUHAN, yang menjadikan langit dan bumi.
Ia takkan membiarkan kakimu goyah, Penjagamu tidak akan terlelap.
Sesungguhnya tidak terlelap dan tidak tertidur Penjaga Israel.
Tuhanlah Penjagamu, Tuhanlah naunganmu di sebelah tangan kananmu.
Matahari tidak menyakiti engkau pada waktu siang, atau bulan pada waktu malam.
TUHAN akan menjaga engkau terhadap segala kecelakaan; Ia akan menjaga nyawamu.
TUHAN akan menjaga keluar masukmu, dari sekarang sampai selama-lamanya…”
(Mazmur 121 : 1-8 “Tuhan Penjaga Israel”)

Ini adalah pesan Papa dan Bunda yang suatu saat akan membawamu pada ketenangan hati dan jiwa, kebijaksanaan pikiran, dan kecerdasan dalam bertindak. Apapun yang badai dan tebing terjal yang kau lalui, ingatlah bahwa hanya Tuhan satu-satunya penjaga setiamu…

If Life Can Be Paused

Pernah nggak sih dalam keseharian kita, kita merenung dan berpikir jika saja kehidupan punya tombol “play”, “delete”, atau “paused” ? Tentunya kehidupan itu akan bisa kita atur sekehendak kita. Sayangnya, hidup ya hidup. Kita mungkin diberikan privileges sebagai makhluk Tuhan yang mampu mencipta, merasakan, dan menikmati apa yang ada disekitar kita. Tapi sekali lagi, privileges itu tidak pernah 100 % ada pada kita, karena pada akhirnya garis hidup sudah ditentukan dari Sang Maha ‘Director’.

Tahun ini terasa banyak sekali yang terjadi hingga saya sendiri tidak memiliki waktu benar-benar untuk merenung. Hal yang sedih, menyakitkan, senang dan membahagiakan terjadi sepanjang tahun ini. Dimulai dari keputusan untuk menikah setelah jalan terjal yang harus saya lalui di tahun-tahun lalu. Adalah hal yang membahagikan sekaligus luar biasa bagi saya karena dulu ketika banyak sekali permasalahan yang mendera saya dan dia, saya mulai memutuskan untuk berhenti berharap dan menjalani saja apa yang akan terjadi. Saya tidak mau sakit dan kecewa. Saya yakin, Tuhan telah mengatur garis hidup kita, termasuk jodoh. Maka saya tidak perlu khawatir untuk itu semua. Yang perlu saya lakukan hanya berdoa agar perjalanan hidup saya diberikan berkah oleh Tuhan, dan saya masih diberi kesempatan menyenangkan orang tua saya.

Ketika akhirnya pernikahan itu terjadi, luar biasa bersyukurnya saya. Dan setelah itu, segalanya terasa cepat. Saya resmi menjadi seorang istri, saya membuka lembaran baru kehidupan, saya belajar hal-hal baru mengenai hidup berumah tangga, saya mengandung, saya memiliki anggota keluarga baru berkaki empat, dsb. Kurang apalagi ? Seorang sahabat saya berkata bahwa ini adalah tahun saya. This is totally my year. Karena dari dulu, saya tidak pernah begitu berambisi menjadi seseorang yang terkenal, atau punya kekuasaan, atau apa saja yang heboh-heboh. Saya hanya menginginkan kehidupan yang tenang. Dan tahun ini, semuanya seakan menjadi nyata. Saya memiliki keluarga kecil. Saya membangun rumah kami bersama. Orang tua saya juga merasa bahagia karena tidak diberikan waktu lama oleh Tuhan untuk menjadikan generasi penerus keluarga dalam rahim saya. Dalam waktu empat bulan, kami sedang menantikan kelahiran anak laki-laki pertama ini. Well, again i ask, what more can i expect ?

Seandainya saja waktu dan kehidupan memiliki tombol ‘paused’, maka ingin sekali saya menghentikannya untuk sejenak, agar apa yang saya miliki dan rasakan saat ini tidak pernah hilang, untuk 1000 tahun lamanya. 🙂

… And it’s a BOY!

Yes! It’s a BOY! Officially! No, i am not talking about my dog or other pets. I am talking about our first child. 🙂 Hehehehe..

Jadi hari ini ceritanya saya, suami dan nyokap memenuhi janji temu dengan dokter kandungan di Brawijaya Women and Children Hospital. Kali ini memang agak berbeda dari check-up biasanya, karena ini adalah kali pertama saya dan suami gw melihat secara “utuh” bayi yang ada dalam kandungan saya. Yap ! Kalau selama ini kita cuma USG 2 dimensi saja, maka kali ini kita sudah bisa melakukan USG 4 dimensi! I was super excited and yet nervous! Segudang pertanyaan “bagaimana kalau” terus melintas selama seminggu terakhir. Tapi berbekal dengan doa dan pikiran yang positif, akhirnya tadi saya memberanikan diri untuk melangkah ke ruang periksa.

Basically, tidak ada perbedaan mendasar USG 4 dimensi ini dengan sesi USG sebelumnya. Saya berbaring di ranjang periksa, lalu bidan mengoleskan gel, dan dokter mulai menggerakkan alat USG diatas perut saya. Bedanya cuma tampilan gambarnya lebih jelas dan sudah terlihat bagian2 tubuhnya. Sesi berjalan tadi agak lama, karena pas bagian mau melihat muka bayi kami, si bayi malah sibuk menutup mukanya dengan tangan. Sempat diguncang-guncang sebentar dengan dokternya, tapi sama saja. Tangannya masih menutup muka. Tapi, yang bikin kami jadi super senang adalah kami sudah bisa tahu jenis kelaminnya. It’s a BOY! Yaay! hahahahaha..

Sebetulnya kalau buat saya pribadi, tidak jadi masalah sih apakah ini anak laki-laki atau perempuan. Tapi sepertinya kakeknya lebih banyak berharap agar cucu pertamanya itu laki-laki. Mungkin karena selama 27 tahun ini, dia cuma punya anak sebiji, perempuan dan nakal pulak! Hehehehe.. makanya keinginan punya penerus keluarga laki-laki jadi harapannya melalui saya. Well, Tuhan memang begitu baik. Doanya terkabul. Bayi laki-laki kami yang masih berada dalam kandungan, ternyata normal dan sehat. Seluruh organ tubuhnya diperiksa oleh dokter. Lengkap. Organ luarnya, seperti tangan, kepala, kaki, paha, dll juga lengkap dan normal. Memang hanya wajahnya saja yang belum begitu jelas karena terhalang tangannya dia. Dan saking dokternya juga penasaran, saya tadi sampai harus diminta untuk jalan-jalan dulu, agar bayinya berubah posisi, dan mudah-mudahan bisa terlihat wajahnya. Sudah dilakukan, tapi itupun cuma terlihat sedikit. Hehehehehe..

Anyway, apapun pengalaman USG 4 dimensi tadi, yang jelas saya sendiri sangat senang mengetahui bahwa bayi yang saya kandung sehat dan baik-baik saja. Kandungan saya baru berusia 5 bulan, dan masih ada 4 bulan lagi hingga waktu kelahirannya. Saya harap semua juga berjalan lancar sampai si dedek gendut ini lahir dan melihat dunia. Dan tugas kami sekarang ? Mungkin sudah mulai mencari-cari nama yang pas untuk si kecil ya! 🙂

Samantha

Sudah hampir dua minggu ini, keluarga kecil saya ketambahan anggota baru. Namanya: Samantha. Yess! Sa-man-tha. 🙂 Dia adalah bayi anjing yang saya dan suami ambil dari seorang breeder di Jakarta Utara. Samantha baru berusia 3 minggu waktu kami ambil. Dan ini kali pertamanya saya, apalagi suami, merawat seekor anjing dari usia bayi. Wah! Pengalaman yang menegangkan sih. Apalagi setelah banyak baca di review-review, hingga usia anak anjing mencapai 8 minggu sebaiknya tidak dipisahkan dulu dari induknya. Anak-anak anjing itu selain masih membutuhkan kasih sayang dari induknya, juga akan rentan terhadap penyakit akibat tidak diberi ASI.

Anyway, sebetulnya awalnya suami saya sih yang ngebet banget pengen punya anjing. Sekalipun tahu bahwa kami tinggal di apartemen, tapi sepertinya keinginan dia untuk punya anjing tidak terbendung. Beberapa kali dia sudah mengutarakan keinginannya. Sampai suatu ketika, saya lihat iklan di sebuah forum online mengenai breeder yang menjual bayi husky betina. Usianya bayi itu 3 minggu. Dan waktu saya melihat fotonya, saya dan suami langsung jatuh cinta! Maka tidak berapa lama, bayi Husky yang kemudian kami beri nama Samantha itu, resmi jadi anggota keluarga kami.

Ketika pertama kali Sam ada di pangkuan saya, ia begitu kecil. Bulunya yang tebal dan matanya yang masih belum terlalu awas, membuat saya dan suami sempat khawatir apakah mampu ya kami merawat bayi ini. Apalagi saya yang sedang hamil 5 bulan. Pastinya segala sesuatu yang berurusan dengan kebersihan Sam, harus dipikirkan bersama. Belum lagi dengan frekuensi makannya dia yang masih cukup sering, plus suka menangis karena masih bayi. Wah! Tidak terbayang saat itu bagaimana kami akan menjalani hari-hari kedepan dengan mengurus Sam.

Hari pertama Sam ada di rumah, saya dan suami bergantian memberikan susu pengganti ASI yang segera kami beli di petshop. Sebelumnya, walaupun saya sudah berjanji untuk lebih berhemat bulan ini, saya dan suami akhirnya harus mengeluarkan kocek yang lumayan juga untuk membeli perlengkapan Sam. Dari mulai susu, handuk untuk selimut, kandang, sisir, bedak kering, obat kulit, dsb. Lumayan juga kami menguras dompet kami untuk itu semua. Tapi ya karena sudah terlanjur sayang dengan Sam, sepanjang kami bisa memenuhi, ya akan kami coba penuhi. Samantha tidak hanya sekedar seekor anjing bagi kami. Saya dan suami merawatnya sudah seperti anak sendiri.

Hari-hari kami juga berlalu dengan berbagai suka duka merawat Sam. Dulu pertama kali diambil, Samantha masih belum bisa berjalan dengan baik. Masih suka sempoyongan. Apalagi karena lantai unit kami dari tegel, kalau ia jalan masih suka terpeleset sana sini. Antara lucu dan kasihan melihatnya. Heheheh.. Dan demi menjaga Sam, saya dan suami akhirnya membuat kesepakatan pembagian waktu. Kalau saya keluar, berarti suami dirumah dulu sampai saya pulang untuk bisa memberi makan Sam. Begitu juga sebaliknya. Pengorbanan waktu yang kami berikan rasanya memang luar biasa. Tadinya saya dan suami masih bisa melakukan aktivitas untuk diri kami sendiri atau bersantai berdua. Sekarang, tiap kali keluar, yang ada di pikiran cuma bagaimana keadaan Sam. Well, ternyata begitu ya merawat bayi. Baru bayi Husky saja sudah begini, apalagi nanti kalau saya sudah melahirkan bayi kami ? hehehehe..

Sekarang Samantha sudah menginjak usia 5 minggu lebih. Dia sudah bisa berjalan dengan benar, bisa berlari, giginya sudah tumbuh, dan sudah tidak mau lagi ngedot. Sejak minggu lalu, dia sudah mulai makan seperti anak anjing lainnya yaitu dog food yang saya campur dengan susu cair. Walau masih makanan lunak, tapi Sam terbilang rakus! Tadinya kami memberi makan dia dengan frekuensi 4 jam sekali. Tapi karena sudah mulai besar, kami mulai melatihnya untuk bisa makan setiap 6 jam sekali. Dan karena anjing Husky termasuk anjing yang punya intelijensi tinggi, di usia 5 minggu dia sudah bisa membedakan bunyi. Kalau saya atau suami sedang mengocok makanannya di mangkuknya, dia sudah akan langsung berdiri, menyalak dan heboh sendiri minta segera diturunkan mangkuknya.

Saat saya menulis mengenai Sam, kami baru saja pulang dari Anyer, perjalanan jauh pertama Sam di usia balita. Sempat takut juga dia akan stress, tidak mau makan, lantas sakit. Tapi ternyata tidak. Makannya tetap lahap dan dia juga tetap aktif. Bahkan kemarin ada momen bagus. Sam pertama kalinya makan malam di pantai. Hahahaha.. Tidak sengaja sih. Tapi lucu juga. Dia makan malam di pantai pas waktu matahari terbenam. 😀

Well, saya dan suami senang sekali bisa memiliki Sam. Kelak kalau anak kami sudah lahir, Sam harus bisa menjadi sahabatnya. Dan kami pun berharap dia untuk mendampingi keluarga kami, menjadi bagian cerita kehidupan kami, merasakan suka dan dukanya bersama, hingga ia tutup usia, 15 tahun nanti. Sam our little baby, we love you so much! Tetap sehat ya, Sam! 🙂

Karena Hilal Setitik, Rusak Opor Senegara!

Judul ini saya dapat dari tweet salah seorang pemilik akun setelah sejak selepas maghrib, hebohlah warga Indonesia akibat pengumuman Kementerian Agaman mengenai tanggal jatuhnya bulan Syawal alias Lebaran. Lucu sekali, karena setelah itu, Twitter kemudian dihiasi dengan ekspresi kekecewaan orang-orang tentang batalnya perayaan hari raya Idul Fithri, Selasa besok sebagaimana yang tercantum dalam kalender tahunan 2011. Menariknya, ekspresi kekecewaan itu berubah menjadi tweet olok-olok. Ada yang menyebutkan sudah kadung ke salon demi blow dan sasak rambut, menyiapkan kaftan ala Syahrini untuk dipakai kompakan lebaran dengan ibu-ibu satu RT, bahkan sampai tweet menjual ketupat dan opor ayam yang telah kadung dibuat daripada basi!

Lebaran kali ini memang menjadi Lebaran pertama saya di Jakarta. Biasanya, saya akan menghabiskan sepanjang waktu Lebaran dengan mudik ke kampung halaman ibu di Ciamis. Dan belakangan memang sudah berubah, sejak Ibu dan Ayah saya yang mulai malas bermacet-macetan di jalan. Jadilah sejak tahun lalu, tanggal Lebaran saya dan keluarga malah berlibur ke luar negeri. Nah, Lebaran kali ini memang beda. Saya tengah hamil muda, sehingga orang tua juga agak takut mengajak saya kemana-mana. Tapi, saya senang. Sebab saya tidak pernah benar-benar merasakan suasana Jakarta yang lengang.

Baiklah! Kembali ke topik yang saya ingin cerita. Lebaran kali ini juga menurut saya lucu karena dihiasi dengan kejadian hilal bin hilal ini. Padahal sejak pagi-pagi, BBM saya sudah riuh berbunyi dengan pesan Mohon Maaf Lahir dan Bathin. Belum lagi di linimasa Twitter saya, semua orang sempat membahas bahwa hari ini adalah puasa terakhir, bahwa bulan Ramadhan terasa begitu cepat, bahwa besok sudah Lebaran, dsb. Bahkan ada juga yang men-tweet kegiatan mereka dalam menyambut Lebaran besok, seperti memasak hidangan lebaran, ke salon untuk mempercantik diri, memborong kue-kue lebaran sebelum tokonya tutup, dsb. Hingga kemudian, terjadilah kehebohan itu!

Dimulai dengan pas sore, saya masih melihat suasana Jakarta yang begitu lengang dan sepi. Tumben, pikir saya. Padahal biasanya selepas maghrib, semua orang sudah siap-siap dengan konvoy Takbiran dengan gema Takbir yang berkumandang dimana-mana. Tapi ini sunyi. Mobil yang berlalu lalang pun hanya mobil-mobil pribadi. Usut punya usut, ternyata kata salah satu karyawan salon Ibu saya, pemerintah hingga waktu tadi belum memutuskan kapan tepatnya lebaran. Apakah Selasa besok atau Rabu. Dan kalau belum ditentukan, tidak ada yang berani melalukan takbiran. Wah! Tumben banget, ya. Sebab di tahun-tahun sebelumnya sepertinya sudah ada penentuan yang cepat.

Ketika saya menyimak berita di televisi mengenai Sidang Itsbat di Kementerian Agama, tampak semua peserta sidang pun sedang berkerut dahi. Tak tahu kapan bisa memutuskan. Konon, itu karena bulan yang dicari-cari masih belum tampak sejak sidang dimulai. Hal itulah yang membuat pemerintah tidak bisa sembarangan membuat keputusan hari raya Idul Fithri. Memang sih, ada sebagian kalangan yang sudah menentukan hari raya mereka. Seperti misalnya komunitas di Padang, lebaran sudah jatuh pada hari ini. Dan Muhammadiyah adalah esok hari. Tidak ada yang aneh sebetulnya, karena setiap tahun pun perayaan lebaran tidak pernah serentak antar komunitas Islam. Namun mungkin karena penentuan hilal ini berlangsung lama, sementara persiapan lebaranan sudah dilakukan sejak hari ini, maka itu yang kemudian bikin heboh.

Sampai mengikuti terus sidang tersebut hingga pukul 19.15 WIB dimana akhirnya pemerintah berhasil mencapai keputusan bahwa 1 Syawal 1432 Hijriah jatuh pada hari Rabu! Darrr !! Dan hebohlah semua orang. Akibatnya ya seperti itu. Tweet-tweet dan status-status lucu yang saya baca di akun social media orang-orang. Well, beberapa saat setelah mengetahui kehebohan yang terjadi, pemerintah berusaha mengklarifikasi mengapa terjadi perbedaan antara keputusan pemerintah dengan kalender tahunan. Tapi, apa mau dikata. Semua orang sudah heboh! Dn tampaknya, tweet-tweet romantis bin galau yang menyebutkan bahwa hari ini adalah puasa terakhir, terpaksa menarik kembali ucapannya. Yang mengikuti anjuran pemerintah akan kembali sahur esok hari dengan, tentunya, hidangan Lebaran berupa Ketupat dan Opar Ayam! 😀

Jadi, benar juga kata salah satu pemilik akun itu. Karena Hilal setitik, rusak opor senegara ! LOL !

“cin(T)a”, “?” dan “Partition”

Kemarin, disela-sela berita mengenai jelang Lebaran 2011, ada satu berita yang lucu dan cukup mengusik saya. Berita itu mengenai gerombolan FPI yang menyerbu gedung SCTV untuk berdemo, memaksa agar film “?” karya Hanung Bramantyo tidak diputar. Alasannya : film tersebut berbahaya dan menghina umat Islam. Suatu alasan klise yang dalam dekade belakangan ini seringkali saya dengar. Bahkan saking seringnya, alasan tersebut malah membuat saya jadi ingin tertawa.

Saya sendiri belum menonton film “?” yang menghebohkan itu, tapi saya sudah lihat trailernya. Dan menurut saya, sebagai penikmat film, Hanung terbilang sangat berani dan mampu menggambarkan kondisi riil masyarakat pluralis Indonesia saat ini. Sekalipun barangkali plot-plot cerita dibuat lebih ekstrem. Tapi intinya, jika kita mampu berpikir lebih luas lagi, cerita tersebut dibuat untuk mengingatkan kita bahwa inilah wajah nyata kemajemukan Indonesia saat ini.

Jauh sebelum film Hanung ini diproduksi, saya sudah melihat film “cin(T)a” garapan Sammaria Simanjuntak, sebuah film indie yang mengedepankan persoalan keyakinan di Indonesia. Film yang sangat bagus menurut saya, yang dilatar belakangi romansa generasi muda. Film tersebut memang tidak se-ekstrem “?”, karena sepanjang cerita, isinya lebih banyak dialog yang bersumber mengenai kegelisahan dua orang anak muda akan konflik-konflik yang terjadi di tengah-tengah mereka demi membela Tuhannya, membela keyakinannya. Tidak ada penggambaran se-eksplisit restoran Cina yang berdagang makanan mengandung babi, lalu didemo oleh ormas Islam sebagaimana di film Hanung. Tapi jika disimak dialog demi dialog, ia cukup keras menyindir perilaku beragama masyarakat Indonesia saat ini. Setidaknya, begitulah yang saya tangkap dari hasil menonton film tersebut. Persepsi tiap orang bisa beda-beda, kan.

Apa benang merah kedua film tersebut selain isi cerita yang mencoba memberikan gambaran nyata masyarakat majemuk Indonesia sekarang ? Dua-duanya mendulang protes. Bedanya, film “cin(T)a” sempat diprotes oleh kelompok mahasiswa Indonesia di London karena dianggap terlalu berani menampilkan isu keyakinan tersebut dalam sebuah film layar lebar. Mungkin tidak seheboh film “?” yang sampai di fatwa MUI akibat pandangan pluralis-nya. Tapi keduanya sama-sama menerima tentangan bahwa film yang dibuat terlalu sensitif dan dapat mengganggu kehidupan beragama masyarakat kita.

Ketika mendengar dan membaca kritikan itu, saya hanya bertanya dalam diri sendiri : “mengapa kita harus takut dan marah menerima kenyataan yang memang seperti itulah adanya ?”. Tokoh yang ada didalam cerita barangkali fiktif. Tetapi alur cerita dan gambaran-gambarannya adalah nyata. Dan hingga saat ini, usaha untuk dialog antar agama yang dilakukan masih belum maksimal. Entah karena hanya segelintir orang atau kelompok saja yang mau giat melakukannya, atau karena sudah terlalu banyak individu yang didoktrin untuk menjadi fundamentalis militan.

Kenapa harus takut akan perbedaan ? Pertanyaan itu selalu ada di otak saya manakala saya membaca berita mengenai fatwa a,i,u,e,o ; demo kegiatan antar agama a,i,u,e,o ; dsb. Indonesia tidak pernah menyatakan dirinya sebagai negara yang mutlak memeluk satu jenis keyakinan saja. Sudah sejak zaman nenek moyang kita dulu, berbagai ras dan keyakinan ada di Indonesia. Jika tidak, kita tidak akan pernah memiliki kekayaan budaya seperti Candi Borobudur yang mewakili Budha kuno, Candi Prambanan yang mewakili Hindu kuno, Kelenteng Tek Bio di Tangerang yang mewakili suku Cina dan keyakinan Kong Hu Cu, Masjid Demak, Gereja Kathedral, dsb. Kita tidak akan memiliki semua itu. Lalu pertanyaannya, kenapa kita harus menjadi takut akan perbedaan ?

Saya ingat dulu saya pernah menonton sebuah film berjudul “Partition” garapan sutradara Vic Sarin. Film yang sangat menyentuh dan bagus yang dilatar belakangi konflik agama Sikh dan Islam di India pada tahun 1947. Film ini jelas-jelas memperlihatkan bagaimana kedua belah pihak saling membunuh dengan terbuka. Bagaimana kelompok Sikh merampok, membunuh, bahkan memperkosa masyrakat muslim yang kala itu tengah eksodus keluar dari India. Dan bagaimana kelompok Muslim juga menyerang kelompok Sikh. Akibat dari konflik keras dan berkepanjangan itu, pecahlah negara tersebut. Kelompok Sikh tetap berada di India, sementara golongan Muslim yang terusir kemudian mendirikan negara baru, negara yang kini kita kenal sebagai Pakistan.

Bukan masalah gambaran konflik yang membuat saya tersentuh melihat film tersebut. Tapi kisah cinta yang ada digambarkan antara pemuda Sikh dan gadis Muslim yang ia selamatkan saat terjadi perampokan dan pembunuhan dalam eksodus warga Muslim masuk ke Pakistan. Gadis Muslim tersebut diselamatkan oleh si pemuda dan dirawat di perkampungan Sikh, sesuatu yang sangat tabu pada masa itu. Hingga akhirnya, si gadis dipaksa pulang ke Pakistan dan pemuda Sikh ini harus berjuang mati-matian agar bisa bersama dengannya. Akhirnya, pemuda Sikh ini nekad. Masuk ke Pakistan, mengganti agamanya menjadi Muslim, demi cintanya kepada si gadis. Lalu apa yang dia dapat ? Perlakuan kejam dari keluarga si gadis, karena tahu dulunya pemuda ini adalah bagian dari komunitas Sikh yang menindasnya.

Pertanyaan yang dilontarkan dalam film tersebut masih terus terngiang-ngiang di kepala saya hingga saat ini. “Kenapa kemudian agama menjadi sebuah partisi yang menyekat-nyekat antara kita dan lainnya ?”. Dan pertanyaan yang samalah harusnya juga dijawab oleh sebagian besar mereka yang mati-matian membela keyakinannya hingga menyakiti manusia lain. Jika memang negara ini menyadari betul apa artinya masyarakat majemuk, pertanyaan dan konflik yang ada tidak sepatutnya ada dan tumbuh subur. Itu jika memang menyadari. 🙂

Dear, Little Precious

Dear Little Precious,

Akhirnya Bunda diberikan kesempatan oleh Tuhan untuk merasakanmu dalam perut Bunda. Sudah lima bulan ini kamu berada dalam perut Bunda, Nak. Dan Bunda betul-betul merasakan kebahagiaan dengan kehadiranmu kini dalam hidup Bunda dan Papa.

Dear Little Precious,

Bunda tidak akan pernah melupakan saat-saat pertama kali kamu mengawali perjalanan untuk datang ke dunia ini. Kala itu, beberapa waktu setelah Bunda dan Papa menikah, Bunda begitu mengharapkan kehadiranmu secepat mungkin. Saking berharapnya, sampai Bunda sempat menangis ketika melakukan tes dengan testpack dan mengetahui hasilnya negatif. Lucu juga kalau mengingat waktu itu, Precious. Bunda sempat ketakutan bahwa Bunda tidak akan diberikan kesempatan oleh Tuhan untuk memilikimu. Bunda menangis dalam hati dan meminta ampun jika selama ini Bunda memiliki dosa-dosa yang menghalangimu untuk dititipkan pada kami. Hingga beberapa minggu setelah Bunda mendapati testpack negatif itu, Bunda nekat melakukan tes lagi sekalipun Papamu melarang Bunda. Dan, betapa bahagianya Bunda, Nak. Dua strip yang Bunda nantikan itu, muncul dalam testpack Bunda! Ah, Tuhan! Suatu keajaiban dan berkat tiada tara yang Kau berikan untuk kami.

Dear Little Precious,

Bunda juga tidak akan pernah lupa bagaimana awal perjalanan mengandungmu di perut Bunda adalah sesuatu yang penuh perjuangan. Barangkali berbeda dengan sebagian besar teman-teman Bunda. Bagaimana tidak ? Dalam bulan-bulan pertama, Bunda tidak bisa apa-apa selain muntah dan muntah sepanjang waktu. Di awal, Bunda masih mampu bertahan dan memaksa makan apapun yang Bunda bisa, agar kamu tidak kelaparan. Tapi seiring bertambah waktu, frekuensi mual Bunda menjadi semakin hebat. Sehari Bunda bisa muntah lebih dari 15 kali. Makanan yang Bunda makan hanya bertahan tidak lebih dari 10 menit. Kala itu, Bunda begitu merasakan bagaimana perjuangan seorang Ibu dalam melindungi anaknya, sama seperti dulu nenekmu mengandung Bunda. Karena Bunda tidak kuat lagi ditambah dengan demam tinggi yang mungkin terjadi karena kekurangan cairan dan turunnya daya tahan tubuh, Bunda terpaksa masuk rumah sakit.

Dear Little Precious,

Bunda tidak akan pernah lupa bagaimana rasanya jarum-jarum itu menusuki tangan Bunda. Bunda tidak akan pernah lupa dosis obat yang dimasukkan dalam tubuh Bunda. Bunda tidak akan pernah lupa letih dan lemasnya Bunda kala itu. Bunda tidak akan pernah lupa. Dan Bunda tidak pernah menyesal menjalaninya. Itu semua Bunda lakukan untuk menyelamatkanmu. Bunda rela diapakan saja, asal kamu bisa selamat didalam sana, Nak. Sekalipun Bunda kadang merasa malu karena dianggap lemah dengan kehamilan Bunda, Bunda tidak peduli. Semua akan Bunda lakukan demi kamu. Suatu saat nanti, perjuangan Bunda akan tertebus dengan melihatmu lahir sehat dan tumbuh menjadi anak yang pintar.

Dear Little Precious,

Sudah lima bulan kamu bersama Bunda. Bunda sudah bisa merasakan gerakan halusmu dikala malam. Seringnya kita terjaga sama-sama ya, Nak. Bunda malah seringkali berpikiran lucu jika merasakan kamu begitu aktif didalam perut Bunda. Bunda suka membayangkan kamu yang sedang bermain-main sepatu roda, atau basket, atau petak umpet, atau dansa-dansa. Yah, bayangan konyol semacam itulah. Dan setiap kali Bunda memikirkan itu, Bunda pasti akan tersenyum sendiri. Bunda lalu akan dengan gemas memanggilmu “Genduuuttt.. gerak-gerak melulu!”. Kalau sudah begitu, Papa juga akan dengan semangat datang ke perut Bunda dan mengusap-usap kamu. Papa juga suka penasaran dengan gerakanmu. Dia seringkali menempelkan pipinya atau telinganya ke perut Bunda, berharap dapat merasakan gerakanmu atau menangkap suaramu. Entah dia bisa merasakan atau tidak, tapi setelah itu dia pasti mengelus-elusmu melalui perut Bunda.

Dear Little Precious,

Tumbuhlah jadi anak yang sehat di dalam perut Bunda. Tidak ada hal lain yang Bunda harapkan di dunia ini selain kesehatanmu, Nak. Maafkan Bunda yang kadang suka telat memberi kamu vitamin. Bunda janji tidak akan lalai lagi terhadapmu. Bunda akan makan apapun yang kamu perlukan untuk pertumbuhanmu di dalam sana. Bunda janji.

Dear Little Precious,

Bulan depan, untuk pertama kalinya kami akan melihatmu dalam citra 4 dimensi. Disana kamu akan di screening untuk dilihat bentuk utuhmu didalam perut Bunda. Bunda gugup, Nak menanti saat-saat itu. Bukannya Bunda tidak yakin akan kesehatanmu. Hanya saja Bunda tidak ingin ada sesuatu yang terjadi sama kamu. Kalau itu sampai terjadi, Bunda tidak akan pernah bisa memaafkan diri sendiri, selamanya. Tapi Bunda yakin kamu akan baik-baik saja. Kamu anak yang kuat, Nak. Sekalipun Bunda harus terbaring lemah dalam bulan-bulan kemarin, tapi kamu tidak pernah rewel. Dalam perjalanan 5 bulanmu bersama Bunda, tidak sekalipun kamu menunjukkan tanda-tanda yang fatal. Kamu bahkan bergerak aktif di usia 5 bulan ini. Dan Bunda bangga padamu, Nak. Bunda dan Papa selalu doakan yang terbaik untukmu.

Dear Little Precious,

Sehat-sehat di perut Bunda ya, Nak. Bunda dan Papa sangat sayang pada kamu. Tahun depan, saat ulang tahun Papa, Bunda, Kakek dan Nenekmu, kamu sudah ada di dunia ini. Bunda dan Papa tidak sabar menantikan kehadiranmu. Sehat-sehat dan kuat ya, Nak. Bunda dan Papa akan terus menjagamu.

Dari Yang Menyayangimu,

Bunda dan Papa. 🙂

Previous Older Entries